SELAMAT DATANG DI KARANG TARUNA REJANG LEBONG

Sunday, February 28, 2010

Pengurus Karang Taruna Rejang Lebong

PENGURUS MASA BAKTI 2008 s/d 2013

PENASEHAT :
1. BUPATI RL

2. WAKIL BUPATI RL

3. UNSUR MUSPIDA KAB.RL

4. SEKRETARIS DAERAH KAB.RL

5. KEPALA KANTOR KESOSNAKER KAB.RL


KETUA UMUM Drs.SYAIFUL ANWAR HARUN,MM


KETUA I : ADI MARYANTO

KETUA II : JUNAIDI

KETUA III : FAUZI AGUNG NUGROHO,S.SOS.

KETUA IV : SUKARJI,BA

KETUA V : NUNING S

KETUA VI : HERWANTONI,M.KES


SEKRETARIS UMUM : DRS.BUDI SETIAWAN

SEKRETARIS I : SUKANDAR, SH

SEKRETARIS II : REKA PURWANTI

SEKRETARIS III : EDY PURNOMO,M.Si


BENDAHARA UMUM : MASDAR HELMI, S,SOS

BENDAHARA I : AFRIYAN

BENDAHARA II : MUHAMAD SENO

BENDAHARA III : EVI MULYANI,SE

BENDAHARA IV : DAHRIZAL,S.KEP.

BIDANG PEMGEMBANGAN SDM

KETUA : ARDILES NUR,S.STP.MSi

BIDANG USAHA-USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL

KETUA : SUBARI,S.SOS.MM. BIDANG PENGEMBANGAN KELOMPOK DAN PENGABDIAN MASYARAKAT

KETUA : DERISON MARSINOVA BAKARA,s.SOS.S.KEP,NERS.

BIDANG PENGEMBANGAN EKONOMI SKALA KECIL DAN KOPERASI KETUA : NASRUFHI MUFTHI,SE

BIDANG PENGEMBANGAN KEGIATAN KEROHANIAN DAN PEMBINAAN MENTAL

KETUA : R.GUNAWAN WIBISONO,SSTP.MM BIDANG PENGEMBANGAN SENI DAN BUDAYA

KETUA : CHANDA BUANA,SST,M.KES BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAN PARIWISATA

KETUA : BOBY CHANDRA,SE

BIDANG HUKUM DAN, ADVOKASI DAN HAM

KETUA : MAX PINAL,SH BIDANG KAJIAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI

KETUA : RUSMAYADI,S.STP,MM

BIDANG HUMAS DAN KERJASAMA KEMITRAAN DAN UMUM

KETUA : AAT SYAFAAT,SPT

BIDANG UMUM DAN PERLENGKAPAN

KETUA : HERMAN

SEKRETARIAT : Jl.Pramuka Komplek BTN Idaman Permai Blok 1 No.18 Kel. Air Bang Kecamatan Curup Tengah Email : karangtaruna_rejanglebong@yahoo.co.id

Website : http://karangtarunarl.blogspot.com

HP 085267681743 / 08153913990

SEJARAH KARANG TARUNA

SEJARAH KARANG TARUNA

By EDY PURNOMO,M.Si

Sejarah Gagasan Karang Taruna di Latar Belakangi oleh : Masalah Sosial anak dan Remaja pada waktu itu , al : Tingginya anak-anak yang tidak sekolah, Putus sekolah. Gejala meningkatnya Pengangguran. Kenakalan Remaja dll.
Kegiatan Karang Taruna awalnya yaitu : Bersifat Rekreatif. yaitu dalam bentuk permainan untuk mengisi waktu terluang yang dapat melindungi dan mencegah anak dari masalah-masalah yang tidak di inginkan. Motivasi dan misi awalnya yaitu ikut serta mencegah dan menanggulangi masalah sosial anak / remaja.

Dalam perkembangan selanjutnya Karang taruna terus tersebar di seluruh Propinsi di Indonesia. Dan kegiatannya berkembang dengan berbagai kegiatan yang bersifat : Kreatif Edukatif Ekonomis Produktif dan Kegiatan praktis dan sesuai dengan lingkungannya, yang tidak hanya memberikan manfaat bagi generasi muda tetapi juga masyarakat pada umumnya. Kemudian Karang Taruna di tetapkan sebagai salah satu wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda melalui TAP MPR NO.II /MPR/1983. Dan yang terakhir SK menkeskesos

>

Penghijauan

FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN

FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN
by Edy Purnomo,M.Si

A. Pengertian Filsafat

Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia yang terdiri dari dua suku kata yakni philos yang berarti cinta, atau philia yang berarti persahabatan, dan kata sophos yang berarti inteligensi, kebijaksanaan, keterampilan, pengalaman, dan pengetahuan.
Imam Bernadib menganggap bahwa kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia dan philosophos. Kata ini terambil dari kata philos dan sophia atau philos dan sophos. Philos berarti cinta dan sophia atau sophos berarti kebijaksanaan, pengetahuan dan hikmah. Seseorang dapat disebut telah berfilsafat menurut Bernadib, apabila seluruh ucapan dan perilakunya mengandung makna dan ciri sebagai orang yang cinta terhadap kebijaksanaan, cinta terhadap pengetahuan dan cinta terhadap hikmah.

Menurut Harun Nasution, falsafat berasal dari bahasa Yunani yang tersusun dari dua kata, yakni philein dalam arti cinta dan sophos dalam arti hikmat (wisdom). Harun mengatakan bahwa orang Arab memindahkan kata Yunani philosophia ke dalam bahasa mereka dan menyesuaikannya dengan tabiat susunan kata-kata Arab, yaitu falsafa dengan pola fa’lala, fa’lalah dan fi’lal. Berdasarkan pola kalimat (kata) tersebut, maka penyebutan kata filsafat dalam bentuk kata benda seharusnya falsafah atau filsaf.

Lebih lanjut Harun mengatakan bahwa kata filsafat yang banyak digunakan dalam bahasa Indonesia, sebetulnya bukan murni berasal dari bahasa Arab falsafah dan juga bukan murni dari bahasa Barat philosophy. Akan tetapi, kata filsafat ini merupakan gabungan dari keduanya (bahasa Arab dan Barat). Kata fil diambil dari bahasa Barat dan safah dari bahasa Arab. Berfilsafat menurut Harun adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma dan agama) dan dengan sedalam-dalamnya sampai ke dasar-dasar persoalan. Bedasarkan pengertian itulah, maka Harun mendefinisikan filsafat sebagai :
• Pengetahuan tentang hikmah;
• Pengetahuan tentang prinsip atau dasar-dasar;
• Mencari kebenaran; dan
• Membahas dasar-dasar dari apa yang dibahas.

M. Rasjidi dan Harifuddin Cawidu menyatakan bahwa falsafah (dalam bahasa Arab) berasal dari bahasa Yunani yakni dari kata philosophia, yang terambil dari akar kata philo atau philein yang berarti cinta (loving) dan shopia yang berarti pengetahuan, kebijaksanaan (hikmah atau wisdom). Jadi philosophia artinya cinta kebijaksanaan. Orang yang cinta kepada kebijaksanaan atau pengetahuan atau kebenaran menurut Rasjidi disebut philosophos, dalam bahasa Arab disebut failasuf. Dengan demikian, philosophos atau failasuf adalah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai usa dan tujuan hidupnya. Dengan kata lain, philosophos atau failasuf adalah orang yang mengabdikan dirinya kepada pengetahuan dan kebenaran.

Rasjidi lebih lanjut menyatakan bahwa meskipun falsafah berasal dari bahasa Yunani sebagai daerah sumber awal kegiatan berfalsafah, tetapi dalam bahasa Arab asli terdapat suatu kata yang mirip dengan makna filsafat, yaitu kata hikmat. Menurut Rasjidi, makna asal dari kata hikmat adalah tali kendali yang digunakan pada seekor kuda untuk mengekang keliarannya. Juga berarti pengetahuan atau kebijaksanaan. Atas dasar itu, maka diambillah kata hikmat sebagai sinonim dari kata filsafat. Karena seseorang yang memiliki hikmat (pengetahuan) itu, seharusnya dapat lebih bijaksana dan dapat membentengi dirinya dari perbuatan rendah dan hina.

Ali Mudhafir berpendapat bahwa kata filsafat dalam bahasa Indonesia memiliki padanan kata falsafah (bahasa Arab), philosophy (bahasa Inggris), philosophie (bahasa Jerman, Belanda dan Francis). Menurut Ali Mudhafir, semua kata itu berasal dari bahasa Yunani philosophia. Sedangkan kata philosophia itu sendiri terdiri dari dua suku kata, yakni philein, philos dan sophia. Philein berarti mencintai, philos berarti teman, sophos berarti bijaksana dan sophia berarti kebijaksanaan. Dengan demikian, kata filsafat secara etimologi menurut Mudhafir memiliki dua pengertian yang berbeda. Pertama, istilah filsafat dilihat dari asal kata philein dan sophos, maka ia berarti mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana (filsafat sebagai kata sifat). Kedua, istilah filsafat dilihat dari asal kata philos dan sophia, maka ia berarti teman kebijaksanaan (filsafat sebagai kata benda).

Sejarah telah mencatat bahwa istilah philosophia digunakan pertama kali oleh Pythagoras pada tahun 572 – 497 SM (sekitar abad ke-6 SM). Istilah philosophia ini muncul berawal ketika Pythagoras ditanya tentang apakah ia termasuk orang yang bijaksana. Pythagoras dengan rendah hati menjawab pertanyaan tersebut bahwa dirinya adalah pencinta kebijaksanaan (lover of wisdom). Tetapi istilah philosophia dan philosophos (falsafah dan failasuf) itu sendiri baru menjadi popular dan lazim digunakan pada masa Sócrates dan Plato (sekitar abad ke-5 SM).

Plato (427-384 SM) mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli. Aristóteles (382-322 SM) mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan yang meliputi kebenaran yang objek kajiannya adalah ilmu metafísica, logika, retórika, etika, ekonomi dan estétika. Selain itu, Al-Farabi (870-950 M) seorang filosof Islam mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bagaimana hakekat alam yang sebenarnya. Sedangkan Descartes (1590-1650 M) mendefinisikan filsafat sebagai kumpulan ilmu pengetahuan yang meliputi pengetahuan tentang Tuhan, alam dan manusia. Sejalan dengan Descartes, Imanuel Kant (1724-1804 M) mengasumsikan bahwa filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan. Berdasarkan asumsi itulah, maka menurut Kant persoalan yang menjadi pokok kajian filsafat, yaitu;
1. Apakah yang dapat manusia ketahui (dijawab oleh metafisika);
2. Apa yang seharusnya diketahui / dikerjakan manusia (dijawab oleh etika);

3. Sampai dimanakah harapan manusia (dijawab oleh agama); dan
4. Apakah yang dinamakan manusia (dijawab oleh Anthropologi).

Dari pengertian dan definisi filsafat yang dikemukakan oleh para ahli dan filosof sebagaimana tersebut di atas, dapat dipahami bahwa:

1. Filasafat adalah usaha spekulatif yang rasional, sistematik dan konseptual untuk memperoleh pengetahuan atau pandangan yang selengkap mungkin mengenai realitas (kebenaran). Tujuannya adalah untuk mengungkapkan atau menggambarkan dengan kata-kata, hakekat realitas akhir yang mendasar dan nyata.
2. Filsafat adalah ikhtiar untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan secara koheren dan menyeluruh (holistic dan comprehensive), sebagaimana yang tampak dari kegiatan filosofis yang mencari sumber, hakikat, keabsahan dan nilai-nilai pengetahuan apapun.
3. Filsafat adalah wacana tempat berlangsungnya penelusuran kritis terhadap berbagai pernyataan dan asumsi yang umumnya merupakan dasar suatu pengetahuan.
4. Filsafat dapat dipandang sebagai tubuh pengetahuan yang memperlihatkan lepada kita apa yang kita katakan, dan mengatakan kepada kita apa yang kita lihat.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, maka dapat dipahami bahwa ruang lingkup pembahasan filsafat adalah, pertama, kajian yang berkenaan dengan pencarian kebenaran fundamental dengan cara : (a) argumentatif, yakni pemaparan pendapat yang rasional dengan disertai dasar-dasar penalarannya; (b) non-empirik, yakni tidak berdasarkan pemahaman inderawi. Kedua, penalaran filosofis yang umumnya sibuk menanyakan serta menelusuri makna dan penyebab dasar dari berbagai pengetahuan tanpa mengenal batas apapun, baik batas alamiah, apalagi batas buatan manusia, seperti batas ruang, waktu, agama atau kepercayaan, adat istiadat, etnik, ilmu, dan hal-hal lainnya. Penalaran filosofis yang dimaksud adalah penalaran yang selalu mengandung ciri-ciri skeptis (meragukan), menyeluruh (holistic, comprehensive), mendasar (radikal), kritis, dan analitis.

Filsafat adalah upaya manusia untuk menemukan kebenaran hakiki melalui cara berpikir yang sistematis, komprehensif (menyeluruh, meluas), dan radikal (sampai ke akar-akarnya). Melalui berfikir filsafati, diharapkan manusia menjadi lebih mampu bersikap.

B. Cabang Filsafat
Dilihat dari kriteria dan sifat berfikir filsafat, maka filsafat dapat dibedakan dalam dua jenis pengertian. Pertama, filsafat sebagai reflective thinking, artinya filsafat sebagai aktivitas pikir murni. Dengan kata lain, kegiatan akal piker manusia dalam usahamengerti secara mendalam atas segala sesuatu. Dalam hal ini filsafat merupakan suatu daya atau kemampuan berpikir yang tinggi dari manusia dalam usaha memahami kesemestaan. Kedua, filsafat sebagai produk kegiatan berpikir murni dan terbentuk dalam suatu disiplin ilmu. Maksudnya, ia telah terbentuk dalam perbendaharaan yang terorganisasi dan telah memiliki sistimatika tertentu.

Seiring dengan perkembangan dan dinamika masyarakat, filsafat kemudian berkembang dan melahirkan tiga cabang besar dan sekaligus sebagai objek kajiannya. Ketiga cabang pemikiran filsafat itu adalah ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Dari ketiga cabang filsafat ini kemudian berkembang lagi dan masing-masing melahirkan cabang tersendiri. Berikut penjelasan ketiga cabang filsafat tersebut dan perkembangannya.


1). Ontologi
Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi dapat diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud hakekat yang ada. Menyoal tentang wujud hakiki obyek ilmu dan keilmuan (setiap bidang ilmu dalam jurusan dan program studi) itu apa ? Objek ilmu atau keilmuan itu adalah dunia empirik, dunia yang dapat dijangkau pancaindera. jadi objek ilmu adalah pengalaman inderawi. Dengan kata lain, ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakekat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan pada logika semata.
Ontologi sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakekat benda bertugas untuk memberikan jawaban atas pertanyaan “apa sebenarnya realitas benda itu ? apakah sesuai dengan wujud penampakannya atau tidak ?”. Dari teori hakekat (ontologi) ini kemudian muncullah bebrapa aliran dalam filsafat, antara lain :
1. Filsafat Materialisme *
2. Filsafat Idealisme
3. Filsafat Dualisme

4. Filsafat Skeptisisme
5. Filsafat Agnostisisme.

Jujun S. Suriasumantri menyatakan bahwa pokok permasalahan yang menjadi objek kajian filsafat mencakup tiga segi, yakni (a) logika (Benar-Salah), (b) etika (Baik-Buruk), dan (c) estetika (Indah-Jelek). Ketiga cabang utama filsafat ini lanjut Suriasumantri, kemudian bertambah lagi yakni, pertama, teori tentang ada: tentang hakekat keberadaan zat, hakekat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran yang semuanya terangkum dalam metafisika; kedua, kajian mengenai organisasi sosial / pemerintahan yang ideal, terangkum dalam politik. Kelima cabang filsafat ini – logika, etika, estetika, metafisika dan politik – menurut Suriasumantri, kemudian berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian lebih spesifik lagi yang disebut filsafat ilmu.

Argumen ontologis ini pertama kali dilontarkan oleh Plato (428-348 SM) dengan teori ideanya. Menurut Plato, tiap-tiap yang ada di alam nyata ini mesti ada ideanya. Idea yang dimaksud oleh Plato adalah definisi atau konsep universal dari tiap sesuatu. Plato mencontohkan pada seekor kuda, bahwa kuda mempunyai idea atau konsep universal yang berlaku untuk tiap-tiap kuda yang ada di alam nyata ini, baik itu kuda yang berwarna hitam, putih ataupun belang, baik yang hidup ataupun udah mati. Idea kuda itu adalah faham, gambaran atau konsep universal yang berlaku untuk seluruh kuda yang berada di benua manapun di dunia ini.

Demikian pula manusia punya idea. Idea manusia menurut Plato adalah badan hidup yang kita kenal dan bisa berpikir. Dengan kata lain, idea manusia adalah ”binatang berpikir” ( _Êämlãq~1 – Arab). Konsep binatang berfikir atau _Êämlãq~1 ini bersifat universal, berlaku untuk seluruh manusia besar-kecil, tua-muda, lelaki-perempuan, manusia Eropa, Asia, India, China, dan sebagainya. Tiap-tiap sesuatu di alam ini mempunyai idea. Idea inilah yang merupakan hakekat sesuatu dan menjadi dasar wujud sesuatu itu. Idea-idea itu berada dibalik yang nyata dan idea itulah yang abadi. Benda-benda yang kita lihat atau yang dapat ditangkap dengan panca indera senantiasa berubah. karena itu, ia bukanlah hakekat, tetapi hanya bayangan, kopi atau gambaran dari idea-ideanya. Dengan kata lain, benda-benda yang dapat ditangkap dengan panca indera ini hanyalah khayal dan illusi belaka.

Argumen ontologis kedua dimajukan oleh St. Augustine (354 – 430 M). Menurut Augustine, manusia mengetahui dari pengalaman hidupnya bahwa dalam alam ini ada kebenaran. Namun, akal manusia terkadang merasa bahwa ia mengetahui apa yang benar, tetapi terkadang pula merasa ragu-ragu bahwa apa yang diketahuinya itu adalah suatu kebenaran. Menurutnya, akal manusia mengetahui bahwa di atasnya masih ada suatu kebenaran tetap (kebenaran yang tidak berubah-ubah), dan itulah yang menjadi sumber dan cahaya bagi akal dalam usahanya mengetahui apa yang benar. Kebenaran tetap dan kekal itulah kebenaran yang mutlak. Kebenaran mutlak inilah oleh Augustine disebut Tuhan.


2). Epistemologi

Epistemologi berasal dari kata episteme yang berati pengetahuan dan logos yang berarti ilmu. Jadi epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang pengetahuan dan cara memperolehnya. Epistemologi disebut juga teori pengetahuan, yakni cabang filsafat yang membicarakan tentang cara memperoleh pengetahuan, hakekat pengetahuan dan sumber pengetahuan. . Dengan kata lain, epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang menyoroti atau membahas tentang tata-cara, teknik, atau prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan.

Tata cara, teknik, atau prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan adalah dengan metode non-ilmiah, metode ilmiah dan metode problem solving. Pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan/metode non-ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara penemuan secara kebetulan; untung-untungan (trial and error); akal sehat (common sense); prasangka; otoritas (kewibawaan); dan pengalaman biasa. Metode ilmiah adalah cara memperoleh pengeahuan melalui pendekatan deduktif dan induktif. Sedangkan metode problem solving adalah memecahkan masalah dengan cara mengidentifikasi permasalahan; merumuskan hipotesis; mengumpulkan data; mengorganisasikan dan menganalisa data; menyimpulkan dan conlusion; melakukan verifikasi, yakni pengujian hipotesis. Tujuan utamanya adalah untuk menemukan teori-teori, prinsip-prinsip, generalisasi dan hukum-hukum. Temuan itu dapat dipakai sebagai basis, bingkai atau kerangka pemikiran untuk menerangkan, mendeskripsikan, mengontrol, mengantisipasi atau meramalkan sesuatu kejadian secara lebih tepat.


3). Aksiologi

Aksiologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang orientasi atau nilai suatu kehidupan. Aksiologi disebut juga teori nilai, karena ia dapat menjadi sarana orientasi manusia dalam usaha menjawab suatu pertanyaan yang amat fundamental, yakni bagaimana manusia harus hidup dan bertindak ? Teori nilai atau aksilogi ini kemudian melahirkan etika dan estetika. Dengan kata lain, aksiologi adalah ilmu yang menyoroti masalah nilai dan kegunaan ilmu pengetahuan itu. Secara moral dapat dilihat apakah nilai dan kegunaan ilmu itu berguna untuk peningkatan kualitas kesejahteraan dan kemaslahatan umat manusia atau tidak. Nilai (values) bertalian dengan apa yang memuaskan keinginan atau kebutuhan seseorang, kualitas dan harga sesuatu, atau appreaciative responses.

Ilmu penegetahuan itu hanya alat (means) dan bukan tujuan (ends). Substansi ilmu itu bebas nilai (value-free), tergantung pada pemakaianya. Karena itu, sangat dihawatirkan dan berbahaya jika ilmu dan pengetahuan yang sarat muatan negatif itu dikendalikan atau jatuhnya ke orang-orang yang berakal picik, sempit, dan sektarian; berjiwa kerdil, kumuh dan jahat, bertangan besi dan kotor. Sekarang coba kita lihat, dimana-mana terjadi krisis-krisis: ketidak-berdayaan, kemerosotan, kebodohan, keresahan, kemiskinan, kesakitan, keterbelakangan, ketidak-percayaan, dan lainnya sebagai dampak mismanagement, misdirection, mismanipulation, dan lain sebagainya.

C. Pengertian Ilmu dan Pengetahuan

Kata ilmu dan pengetahuan adalah dua buah kata yang merupakan kata majemuk, sehingga dalam penggunaannya sehari-hari selalu dirangkai dan membentuk satu arti, yakni ilmu pengetahuan. Namun, apabila dilihat dalam perspektif keilmuan, ternyata kata ilmu dan pengetahuan mempunyai arti tersendiri.
Pengetahuan mempunyai makna yang sama dengan knowledge dalam bahasa Inggris. Dalam hal ini, antara pengetahuan dengan ilmu (science – Inggris) memiliki perbedaan makna utamanya pada penggunaannya. Menurut al-Ghazali sebagaimana yang dikutip oleh Cecep Sumarna bahwa, pengetahuan adalah hasil aktivitas mengetahui, yakni tersingkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan di dalamnya.

Pengetahuan merujuk kepada apa yang kita kenal, ketahui atau fahami atau dapatkan melaui pengalaman, penginderaan, penyuluhan, pelatihan, percobaan, belajar, refleksi, intuisi, dan lainnya. Dengan kata lain, pengatahuan adalah apa yang kita ketahui.

Pengetahuan berlangsung dalam dua bentuk dasar yang berbeda. Pertama, pengetahuan yang berfungsi untuk dinikmati dan memberikan rasa puas dalam hati manusia. Kedua, pengetahuan yang patut digunakan atau diterapkan dalam menjawab kebutuhan praktis. Dari dua bentuk dasar pengetahuan tersebut, kemudian melahirkan tiga macam pengetahuan, yakni pengetahuan tentang sains, filsafat dan mistik. Pengetahuan selalu memberi rasa puas dengan menangkap tanpa ragu terhadap sesuatu. Pengertian pengetahuan seperti itulah yang telah membedakannya dengan ilmu yang selalu menghendaki penjelasan lebih lanjut dari apa yang sekedar dituntut oleh pengetahuan.

Muhammad Hatta memberikan pengertian yang berbeda antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan. Menuurut Hatta sebagaimana dikutip oleh M. Rasjidi dan Harifuddin Cawidu bahwa: ”pengetahuan yang didapat dari pengalaman disebut pengetahuan”, sedangkan ”yang didapat dengan jalan keterangan disebut ilmu”.

Ilmu (science – Yunani; ’Alima – Arab) secara etimologi berarti tahu atau pengetahuan. Tetapi secara terminologi ilmu atau science adalah pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri dan syarat-syarat tertentu. Para ahli telah memberikan rumusan batasan ilmu pengetahuan (science) dengan formulasi yang berbeda-beda, antara lain :

1. Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag memberikan batasan defenisi ilmu. Menurutnya, ”ilmu adalah yang empiris, yang rasional, yang umum dan kumulatif (bertimbun-timbun) dan keempat-empatnya serentak.”
2. Ashley Montagu: ”Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan pengalaman untuk menentukan hakikat dan prinsip tentang hal yang sedang dipelajari.”
3. Dalam Ensiklopedi Indonesia sebagaimana dikutip Rasjidi dirumuskan bahwa: ”Ilmu Pengetahuan adalah suatu sistem dari pelbagai pengetahuan, yang masing-masing mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu, hingga menjadi kesatuan; suatu sistem dari pelbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan memakai metode-metode tertentu (induksi, deduksi).”

4. Sutari Imam Barnadib: ”Ilmu pengetahuan adalah suatu uraian yang lengkap dan tersusun tentang suatu obyek.”
5. Amir Daien Indrakusuma: ”Ilmu pengetahuan adalah uraian yang sistematis dan metodis tentang suatu hal atau masalah.”


Ilmu adalah cabang pengetahuan dengan ciri-ciri tertentu. Ciri-cirinya adalah memiliki obyek, memiliki metode, memiliki sistematika, dapat diuji kebenarannya. Menurut Quraish Shihab, kata ilmu digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan. Dari segi bahasa, kata ilmu berasal dari bahasa Arab, ’ilm yang berarti kejelasan. Jadi ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang sesuatu.

Quraish Shihab lebih lanjut mengatakan bahwa ilmu itu ada dua macam berdasarkan perspektif al-Quran. Pertama, ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia, yang disebut ilmu ladunni. Kedua, ilmu yang diperoleh karena usaha manusia, yang disebut ilmu kisbi. Sedangkan berdasarkan fungsinya, ilmu-ilmu itu dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok yaitu:
a. Ilmu untuk ibadah dalam arti khusus atau ritual
b. Ilmu untuk mengembangkan pribadi manusia mencapai ahsani taqwim
c. Ilmu untuk hidup berbudaya dengan sesama manusia
d. Ilmu untuk memelihara, mengembangkan dan menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik.


Malik bin Nabi di dalam kitabnya, Intaj al-Mustasyriqin wa at-Saruhu Fi al-Fikriy al-Hadits sebagaimana yang dikutip oleh Quraish Shihab ”Ilmu pengetahuan adalah sekumpulan masalah serta sekumpulan metode yang dipergunakan menuju tercapainya masalah tersebut”. Dalam hal ini, Malik bin Nabi tidak membedakan antara ilmu dengan pengetahuan.
Lebih lanjut Malik bin Nabi mengatakan:
”Kemajuan ilmu pengetahuan bukan hanya terbatas dalam bidang- bidang tersebut, tetapi bergantung pula pada sekumpulan syarat-syarat psikologis dan sosial yang mempunyai pengaruh negatif dan positif sehingga dapat menghambat kemajuan ilmu pengetahuan atau mendorongnya lebih jauh.
Ini menunjukkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya dinilai dengan apa yang dipersembahkannya kepada masyarakat, tetapi juga diukur dengan wujudnya suatu iklim yang dapat mendorong kemajuan ilmu pengetahuan itu.”


Ilmu (science) merupakan pengetahuan yang menelaah dunia empirik, cara perolehannya melalui observasi, penginderaan, pengkajian, atau percobaan yang sistematik, metodis, dan koheren. Objek ilmu pengetahuan adalah dunia empirik atau alam materi yang diserap melalui panca indera yang lugas maupun yang dibantu oleh teknologi modern.

Ilmu adalah dasar untuk peradaban manusia, dan perkembangan ilmu diwadahi oleh perguruan tinggi. Kita mengembangkan ilmu secermat-cermatnya untuk mengambil manfaat sebesar-besarnya dalam kehidupan manusia, dalam rangka pengabdian manusia (sebagai mahluk) kepada penciptanya (khaliq)
Ilmu sangat erat kaitannya dengan kebenaran. Kita percaya bahwa kebenaran mutlak diwahyukan tuhan kepada manusia, sedangkan kebenaran yang dicapai itu sifatnya relatif, dan diantara kebenaran relatif ini dibagi dua, ialah filsafat yang bersifat ‘spekulatif’ dan ilmu atau sains yang bersifat ‘positif’.
Dalam sains (yang tidak melandaskan diri kepada tuhan), sebagai pemula keberadaan sains ditetapkan dalam empat asumsi dasar, yaitu:
1. Bahwa dunia ini ada
2. Kita bisa mengetahui dunia
3. Kita mengetahui dunia melalui panca indera
4. Fenomena-fenomena terkait dengan kausal
Dalam upaya quest for knowledge manusia menggunakan segala akal budinya, ialah rasio dan rasa. Bila ilmu barat hanya menyandarkan pada akal atau rasionya saja, sedangkan ilmu timur menekankan pada kalbu dan hanya sedikit rasio. Akan tetapi kita menghendaki untuk menggunakan rasio dan rasa secara seimbang pada tempat dan takaran yang benar.

Kemampuan rasio terletak pada membedakan (atau menyamakan) dan menggolongkan (berdasarkan kesamaan itu). Selain itu menyatakan secara kuantitatif atau kualitatif, menyatakan hubungan-hubungan dan mendeduksinya (atau menginduksinya). Semua kemampuan itu berdasarkan ketentuan atau patokan-patokan yang sangat terperinci. Rasio tidak berdusta; dalam keadaan murni ia menyatakan secara tegas ya atau tidak.
Kemampuan rasa terletak pada kreativitas, yang merupakan kegaiban, karena itu langsung berhubungan dengan tuhan. Kreativitas inilah yang merupakan pemula di segala bidang, nalar, ilmu, etika dan estetika. Sebagai pemula, kemampuan ini disebut intuisi. Etika (love) dan estetika (beauty) seluruhnya terletak pada rasa, sehingga tiadanya rasa tak mungkin ada etika dan estetika. Rasa tidak berpatokan sebagaimana dipunyai oleh rasio. Patokan ini disebut inferensi. Rasa adalah media kontak manusia dengan tuhan. Rasa yang terjaga menjadikan manusia berderajad lebih tinggi dari malaikat, sedangkan rasa yang tidak terjaga dari godaan syeitan menjadikan manusia jatuh martabat menjadi lebih rendah dari binatang sekalipun.
Daya quest for knowledge (penguasaan ilmu) muslim melemah, ada hubungannya dengan melemahnya penggunaan akal dan nalar, sehubungan dengan pandangan teologis yang terlalu menonjolkan takdir, yang harus diupayakan adalah perenungan dalam melakukan nalar.

Istilah science atau ilmu dalam pengertiannya yang lengkap dan menyeluruh adalah serangkaian kegiatan manusia dengan pikirannya dan menggunakan berbagai tata cara sehingga menghasilkan sekumpulan pengetahuan yang teratur mengenai gejala-gejala alami, kemasyarakatan dan perorangan untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, dan memberikan penjelasan atau melakukan penerapan.

Ilmu pengetahuan itu timbul disebabkan oleh adanya kebutuhan-kebutuhan dan kemauan manusia untuk hidup bahagia dan sejahtera. Sehingga dalam mencapai dan memenuhi kebutuhan hidupnya itu, maka manusia menggunakan akal pikirannya. Hasil dari pemikiran manusia itulah, kemudian melahirkan berbagai ilmu pengetahuan seperti: ilmu pertanian, perikanan, humaniora, kesehatan, ilmu hukum, ilmu bahasa, Ilmu Pengetahuan Alam, dan lain sebagainya.

Sesungguhnya masih banyak rumusan tentang definisi ilmu (science) yang dikemukakan oleh para ahli ilmu pengetahuan yang tidak dapat disebutkan semua. Tetapi kalau dicermati dari semua definisi atau batasan yang bermacam-macam itu dapat diketahui bahwa ilmu (science) merupakan pengetahuan yang bercirikan sistematik, rasional, empiris dan bersifat kumulatif.

Sementara syarat-syarat sesuatu dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan adalah harus mempunyai:
1. obyek formal sendiri;
2. metode penelitian;
3. sistematika uraian; dan

4. tujuan.